Palu: Empat bulan sudah gempa dan tsunami menerjang Kota Palu, Sulawesi Tengah. Tenda-tenda pengungsian masih dipenuhi warga.
Padahal, ratusan unit hunian sementara (huntara) telah dibangun pemerintah di berbagai titik lokasi pengungsian. Rupanya, sebagian warga masih trauma tinggal di rumah.
Lusi, 29, warga Kelurahan Duyu, Palu, mengaku takut berada di dalam rumah. Setiap malam Lusi bersama anaknya yang masih menempuh sekolah dasar itu lebih memilih tidur di tenda pengungsian.
Ia tak masalah dengan kondisi tenda yang lusuh dan kerap kebanjiran saat hujan tiba. Tenda terasa sangat dingin saat malam berganti dan terasa begitu panas ketika menjelang sore hari.
Rumah milik Lusi yang berada tak jauh dari tenda pengungsian hanya digunakan pada siang hari untuk memasak. Selebihnya, mereka akan menghabiskan waktu di dalam tenda lantaran gempa susulan masih kerap terjadi.
Lusi, 29, warga Kelurahan Duyu, Palu (paling kiri) - Medcom.id/Desi Angriani.
"Kita trauma tidak mau tinggal di rumah karena masih terasa goyang-goyang. Kita tidur di tenda dan siang masak di rumah," ujar Lusi saat berbincang dengan Medcom.id di Kelurahan Duyu, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 31 Januari 2018.
Sedikitnya ada 200 warga yang memilih tinggal di tenda pengungsian. Tenda-tenda tersebut berada tak jauh dari lokasi huntara. Lokasi tenda pengungsian nantinya akan dibangun hunian tetap.
Pemerintah berencana membangun 4.000 hunian tetap secara berkala dimulai tahun ini di tiga wilayah di Palu, termasuk Kelurahan Duyu.
Berdasarkan data BNPB, jumah pengungsi akibat gempa dan tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi mencapai 87.725 orang. Di antaranya 78.994 orang pengungsi berada di 112 titik pengungsian di Sulteng, dan 8.731 di luar Sulteng.
Hunian sementara yang dibangun pemerintah - Medcom.id/Desi Angriani.
(REN)
http://bit.ly/2HU7gNl
January 31, 2019 at 03:32PM from METROTVnews.com http://bit.ly/2HU7gNl
via IFTTT
No comments:
Post a Comment