Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk menarik sejumlah besar pasukan dari Afghanistan. Namun Pemerintah Afghanistan khawatir penarikan ini akan mempengaruhi keamanan.
Laporan menyatakan setengah dari 14.000 atau sekitar 7.000 tentara AS di negara yang dilanda perang itu mungkin akan pergi. Langkah mengejutkan itu mengejutkan para diplomat dan pejabat asing di Kabul yang terlibat dalam upaya untuk mengakhiri konflik 17 tahun dengan Taliban, yang telah menguasai sejumlah besar wilayah dan menyebabkan korban pasukan Afghanistan yang tidak berkelanjutan.
"Jika Anda adalah Taliban, Natal telah datang lebih awal," kata seorang pejabat senior asing di ibu kota Afghanistan itu kepada AFP tanpa menyebut nama.
"Apakah Anda akan memikirkan gencatan senjata jika lawan utama Anda baru saja menarik setengah pasukan mereka?,” imbuhnya.
Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid tidak akan berkomentar tentang penarikan pasukan ketika dihubungi oleh AFP. Namun seorang komandan senior Taliban menyambut baik keputusan itu.
"Terus terang kami tidak mengharapkan tanggapan AS segera," kata pejabat itu kepada AFP, Jumat, 21 Desember 2018.
"Kami lebih dari senang, mereka menyadari kebenaran. Kami mengharapkan lebih banyak berita baik,” jelasnya.
Tidak jelas apakah utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad atau pemerintah Afghanistan telah diperingatkan tentang rencana Trump di muka. Namun seorang juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengecilkan pengaruh penarikan.
"Jika mereka mundur dari Afghanistan, itu tidak akan memiliki dampak keamanan karena dalam empat setengah tahun terakhir orang Afghanistan telah memegang kendali penuh," kata Juru Bicara Kepresidenan Afghanistan Haroon Chakhansuri.
Tetapi warga Afghanistan di seluruh negeri itu menyatakan kekhawatiran bahwa penarikan pasukan AS dapat menggagalkan upaya perdamaian, mengembalikan Taliban ke kekuasaan, dan membubarkan negara itu ke dalam perang saudara. "Kami takut sejarah akan terulang," ujar Fazli Ahmad, seorang pencuci mobil di kota Kandahar, Irak selatan, kepada AFP.
Shaima Dabeer, seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun di kota utara Mazar-i-Sharif, mengatakan dia khawatir akan masa depan anak-anaknya. "Afghanistan akan kembali ke era Taliban," tuturnya kepada AFP.
Keputusan Trump rupanya datang Selasa ketika Khalilzad bertemu dengan Taliban di Abu Dhabi, bagian dari upaya untuk membawa militan ke meja perundingan dengan pemerintah Afghanistan. Mereka membahas berbagai masalah mulai dari permintaan kelompok yang lama untuk penarikan pasukan asing, pembebasan tahanan dan gencatan senjata, kata Khalilzad kepada media Afghanistan di Kabul pada hari Kamis.
Selasa juga hari ketika Trump mengatakan kepada Pentagon bahwa dia akan menarik semua pasukan AS keluar dari Suriah. Menteri Pertahanan Jim Mattis mengundurkan diri Kamis, mengatakan pandangannya tidak lagi dapat sesuai dengan Trump.
(FJR)
http://bit.ly/2RaAESx
December 21, 2018 at 08:34PM from METROTVnews.com http://bit.ly/2RaAESx
via IFTTT
No comments:
Post a Comment